DEPARTEMENT KASTRAT

Aksi Damai Pemilu 2014

DEPARTEMENT KASTRAT

PENGOBATAN GRATIS BERSAMA DPU-DT

DEPARTEMEN SOSIAL MASYARAKAT

Ngawul

DEPARTEMEN EKONOMI

ADIK-ADIK BINAAN DEPSOSMAS

ZONAMUSLIMNEGRAWAN

Selasa, 04 Februari 2014

“Sekelumit Rasa Merasa”


“Sekelumit Rasa Merasa”

Kadang ada rasa dihati selama ini sudah “ merasa baik” iya merasa baik dengan berbuatan yang dilakukan, merasa sudah istiqomah dalam beribadah ataupun merasa sudah pantas masuk surga.Kadang disisi lain apa yang dilakukan semuanya terasa hambar, hambar senyap tak ada rasa, tak membuat hati jadi tenang, tak termakna sama sekali lantaran ingin terlihat baik karena seseorang lantas saat nasehat mengampiri rasanya hati sakit bagai luka terseret aspal yang belum halus. Tentu saja akan seperti itu jika hati hanya ingin dipuji manusia atau bahkan hanya ingin terlihat baik.

Apabila suatu saat diri ini merasa baik coba ingat kembali makhluk Alloh yang terbuat dari api yang dulunya ditempatkan di surga, dia (iblis)beribadah padaNya namun, lantaran dia merasa baik iblis tidak mau menuruti perintah Alloh untuk tunduk kepada Adam & hawa.
Ada juga cerita Firaun yang merasa dirinya baik lantas semua orang harus menurut padanya, menaati segala perintahnya bahkan harus menuruti membunuh bayi yang tidak bersalah.

Hakikat hati,apabila mulai merasa baik atau lebih baik dari yang lain mungkin hati itu sedang sakit karena rasa merasa baik yang akan cenderung kepada kesombongan.
Hati yang sakit akan merindukan pujian yang membumbung tinggi kelangit , hati yang mati akan hilang rasa peduli , hati yang sehat berbahagia karena nasihat.
Hati bagaikan raja dia yang akan membuat perkataan terasa sangat menyakitkan atau hati juga bisa membuat kata- kata yang terucap adalah nasihat yang tidak meninggalkan bekas begitu terasa tertampar namun tak terasa sakit.
Sifat rendah hati, yaitu taat dalam mengerjakan kebenaran dan menerima kebenaran itu yang datangnya dari siapapun. (Fudlail bin Iyadl).
Ya Alloh jadikan hati ini cenderung kepada hal – hal yang baik dan jangalah ENGAKU palingkan stelah ENGKAU beri petunjuk.

(Diandaruyata Kncorowati, Sekum)

Aku, kamu dan kita


Aku, kamu dan kita

Kau tahu...
Inilah jalan yang dipilih
Mungkin kau bertanya, mengapa
Tak ada jawaban rumit yang ku sertakan
Karena Allah terniatkan

Kau tahu...
Awalnya pun terasa takut
Terlihat mereka berbeda
Membuat spekulasi terasa benar
Hanya ku belajar bertahan

Kau tahu...
Karena berbeda
Awal pesona menjadi jalan untuk memilih
Semoga aku, kamu dan kita
Bertemu di Jannahnya

(Spesial edisi untuk saudariku tercinta)


Ehm sebenarnya rasa yang kita rasakan sama di awal pertemuan  ^0^ . Buang rasa takut jauh dan jauh biar kita saling mengenal. Dekat makin dekat. Itu bedanya aku dan kamu...
Wuish bahasnya apa dong?
Sabar dong... penasaran? Di baca lanjut aja.
Hanya curhatan adik tingkat yang bisa dikatakan masih baru karena emang baru semester 1.. ceritanya sih emang biasa tapi gimana gitu, tentang temannya yang mengatakan “mba yang jilbab besar itu seperti teroris aja” ... apalagi grebekan teroris lagi gencar-gencarnya makin manis pembahasannya.
Nah ini masalahnya ...
Buat adik mahasiswa baru maupun yang sudah lama di kampus, sebenarnya saya pun dulu sama. Takut juga sama mba-mba yang jilbab nya besar. Karena pilihan kita berbeda. Jika kamu makin jauh dari mereka gak bakal ketemu kebenarannya.
Apalagi mba di KAMMI juga jilbab nya besar. Jangan takut yaa sampai mundur di KAMMI. Karena percayalah hanya kebaikan yang kalian temukan disini.


Karena_MU (puisi)


Karena_MU
Setiap langkahku terasa ringan Karena_MU
Ku bisa tersenyum bahagia juga Karena_MU
Kekuatan langkahku Karena_MU
Tidak ada kegairahan dalam ku berbuat selain Karena_MU
Ya Alloh kesabaranku ku bersembahkan untuk_MU
Ku yakin KAU maha pembalas dengan apa yang manusia kerjakan

KAU tidak menutupi untuk sebab akibat arti sebuah kebahagiaan
KAU tidak pernah ingkar janji
Alloh hidupku Karena_MU
Nafasku Karena_MU
Rangkul aku karena ku sangat membutuhkanmu
Alloh ku sangat mencintai_MU

By Birokestari

MAMPU KARENA BISA,,!! SAATNYA MUSLIM NEGARAWAN BERTINDAK,,,


MAMPU KARENA BISA,,!!
SAATNYA MUSLIM NEGARAWAN BERTINDAK,,,
Aneh rasanya menjadi seorang mahasiswa yang apatis, diam, tidak peka dan lebih-lebih monoton dalam keseharian hidup di sebuah kampus. Mumet, pusing, bingung, males; kenapa selalu dipermasalahkan?? Wah-wah,, pertanyaan yang biasa saja bagi aktivis yang tak rela waktunya habis sia-sia.  Dapat dikatakan seperti itu, para aktivis mahasiswa tentu sudah biasa mendengar banyak sekali keluhan diberbagai sudut lisan yang berstatus “Mahasiswa”. Tetapi berbeda untuk kita yang notabenenya seorang aktivis muslim, ya Muslim Negarawan sosok yang tak luput dari organisasi KAMMI ini tak kan rela waktu yang tersedia hanya untuk memikirkan permasalahan pribadi sehingga menjadikan sebuah hambatan untuk bertindak. Nah kenapa kita harus bertindak? Back to “Muslim Negarawan” Lebih lanjut seperti gambaran umum mahasiswa diatas, berat rasanya jika arahan pikiran kita akan terbawa ke arus tindakan yang negative atas mainsed kita.
 Banyak sekali rumor negative lain tentang  mahasiswa, Oke always be positif thinking. Jadi kuliah bukanlah moment yang harus kita rasakan sebagai mahasiswa kawan. Ingat!! Kuliah dan Belajar itu beda, itu menurut penulis sebenarnya. Kawan, mari tengok lagi kenapa bisa dikatakan seperti itu walau di hati kalian mengatakan “lha bukannya kuliah tujuannya juga buat belajar kan?” Ya benar! pikirkan gambaran kuliah yang identik duduk disebuah ruang berbangku berAC dengan layar LCD terpasang, mendengar lalu presentasi disambut tugas dosen. Wow pemandangan belajar pro kuliah. Kelamaan kawan bahas ini, lanjut,,, sampai detik ini penulis masih bersikukuh Kuliah dan belajar beda bro. Satu hal dari belajar bukan untuk “nilai” formal berstatus IPK, IP, KHS dll. Beda dengan kuliah kawan, banyak dari kuliah karena mengejar hal-hal seperti itu. PADAHAL diluar sana yang terjadi, tidakkah kalian lihat kawan, modal kalian kurang sekali jika hanya membawa NILAI itu saja. Kuliah bukan penentuan tapi belajar bisa membuat tunjangan hidupmu setelah kuliah. Ayolah kawan belajar bergaul, belajar bermasyarakat, belajar mendesain peta hidup, belajar olah konsep, belajar melobbi, belajar berwirausaha, belajar memimpin dan dipimpin, belajar disegala bidang yang harus kita kuasai masih banyak sekali. Karena penulis pernah mendengar dari seseorang “Jangan sampai kita itu mudah terkotak-kotakkan” dalam artian kampus kita bukan menjadi sebuah tembok pembatas untuk kita mengembangkan ide serta ketangkasan kita untuk bertindak.
                Waktunya kalian bertindak jika kita seorang Muslim Negarawan yang hidup dilingkungan aktivis kampus maka harus berani mengatakan “ Kami bukanlah orang-orang yang berfikir dan berkehendak merdeka, Tidak ada satu orang pun yang bisa memaksa kami bertindak. Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman” Ya kita harus paham dan mulai bertidak. * (Maknunah, Bendum)

KITA SEMUA ADALAH . . .


Bukan Hanya Kau dan Aku, tapi Mereka Adalah Kita Semua
Aku melihat penampakan sang rembulan dalam gelap malam yang sinarnya redup memancar ke bumi, adakah kau merasakan senja sebelum ia datang? Atau tanpa kata dan rasa semuanya berlalu begitu saja? Kau tak berpikir kenapa senja itu terjadi, lalu malam mengganti perannya secara bergilir disusul pagi dan siang, yang tak jarang dan terkadang terik sinarnya menyengat kulit yang halus dan mulus.
            Beberapa saat kemudian datanglah seorang pemuda dengan segenggam botol ditangannya sambil berjalan sempoyongan tanpa arah dan tujuan yang jelas, entah siapa yang salah kenapa ia bisa seperti itu dalam hidupnya. Sadar atau tidak, adakah kita sudah memberikan sesuatu untuknya? Hal ini bukanlah yang tidak mendapatkan perhatian, tetapi malah sebaliknya, lebih. Karena bagaimanapun juga setiap insan mempunyai hati, perasaan emosi, dan berbagai macam rahmat lainnya dari Allah SWT.
            Tak seperti bintang dilangit dan tak seindah warna-warni pelangi, manusia adalah makhluk yang diciptakan sempurna namun tak dapat menyepurnakan kesempurnaan yang ada. Singkat kata, tak ada manusia yang sempurna di dunia ini karena tidak akan pernah luput dari salah dan dosa, kecuali yang telah Allah kehendaki. Lihatlah telapak tanganmu, apa yang telah kau genggam? Kemudian kepada siapa kau akan dan atau telah memberi?
            Bersyukur terhadap apa yang ada, tidak menuntut sebelum memberi. Kadang, tidak, bahkan sering, mungkin juga selalu, aku lupa kepada mereka yang telah berjasa dalam kehidupanku. Kelalaian mereka yang sama sekali tak ku hiraukan, bukan karena tak mau, tapi karena salahnya tafsir rasa kasih sayang dan cinta sesama.Hati yang hilang karena tidak adanya ketenangan pada diri, padanya, pada mereka, kita semua.
            Menghakimi suatu perkara bukanlah pekerjaan sembarangan, apalagi yang memegang palunya adalah orang tak berpengetahuan, yang ada hanya kesesatan. Celaka, bukan begitu seharusnya, tetapi sinar kuning logam membutakan hati manusia yang berada dalam hati mereka yang semakin menyempit dan menghimpit satu dan semua, bencana! Tak tahan, hanya dapat menengadahkan tangan ditambah tetesan air mata dari alirannya.
Ingin diterima dan menerima seperti apa adanya, aku, kau, dia dan mereka. Kita adalah saudara. Kita semua sama, berbeda ataupun tidak. Aku, kau, dia, mereka, kita semua adalah. .

(Aldin Ramadani. Kakom 2013)

KAUM MUDA: PELOPOR KEBANGKITAN SUATU BANGSA


 KAUM MUDA: PELOPOR KEBANGKITAN SUATU BANGSA

Soekarno dalam setiap kali berpidato selalu mengatakan “Gantungkan cita-citamu setinggi langit, hai pemuda indonesia”. Beliau sadar betul peran pemuda sangat penting menjadi garda untuk perubahan suatu bangsa. Dalam pandangan Soe Hok Gie (1959), pemuda ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau, menjadi hakim atas mereka yang di tuduh koruptor, dan mewujudkan kemakmuran Indonesia. Hal ini menjadi tugas pemuda Indonesia masa kini dan yang akan datang. Jauh kebelakang kita pasti kenal soekarno, sosok yang terkenal dengan bapak proklamator. Bayangkan, umur pada usia 25 tahun Bung Karno telah melahirkan pikiran-pikiran visioner untuk menyintesiskan antara ”Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”, yang menjadi bantalan vital bagi perumusan dasar negara. Mohhatta, Padausia 26 tahun, Bung Hatta telah memikirkan dasar-dasar ”Indonesia Merdeka”.Pikiran-piikiran cemerlang generasi muda pada dekade 1920-an ini menjadi kepeloporan politik kaum muda untuk merajut kecerdasan yang berserak menjadi kekuatan progresif.
Pemudasaatini
Namun fakta menarik saat ini Beberapa sikap yang tampak justru ketidak pekaan terhadap masalah-masalah nasional, 57,4 persen berorientasi pada materi/ kekayaan, dan hanya 20 persen dari pemuda yang  menganggap kepentingan nasional sebagai salah satu agenda mereka. Total ada 63 persen pemuda Indonesia yang hanya berorientasi pada kepentingan sendiri (Kompas, 18/11).Ironi yang membuat bangsa ini kian terombang ambing mencari “nahkoda”, diperlukan sosok muda yang greget untuk melekakan kondisi bangsa saat ini.
Tampak jelas, generasi mudat saat ini harus bias mengorganisasikan gagasan secara publik-politik. Seperti kata Yudi Latif Tanpa kesanggupan mengorganisasikan diri secara politik, kekuatan-kekuatan kreatif hari ini, betapapun besar jumlahnya, tak membuat ide-ide mereka terungkap secara publik; tak mampu membangkitkan inspirasi kreatif bagi banyak orang; dan tak mendorong pengikatan bersama kekuatan-kekuatan progresif untuk bangkit bersama membentuk generasi perubahan. Tanpa keberadaan agenda dan pengorganisasian bersama, sering kali hanya sekadar kekuatan reaktif yang akan seger apa dan begitu daurisume mudar.
Manakala para
Pemangku kebijakan memainkan politik sebagai seni memerintah untuk menipu rakyat maka dari itu peran politik kaum muda saat ini merasa terpanggil kembali oleh sejarah dengan membangun kebersamaan pengalaman, visi, dan panggilan kesejarahan lewat penciptaan ruang publik, wacana publik, dan aksi publik yang mempertautkan minoritas kreatif yang berserak menjadi kolektivitas progresif generasi perubahan.
Perlu di ingat Struktur demografis Indonesia membengkak pada penduduk berusia muda. Jika definisi pemuda mengikuti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, yakni mereka  yang  berusia 16 sampai 30 tahun, maka jumlahnya pada saat ini menurut SUPAS 2005 sekitar 62,24 juta, atau setara dengan 25 persen dari total penduduk Indonesia. Artinya jika di kelola dengan baik maka “bonus demograf ini menjadi kekuatan yang menjanjikan kejayaan bangsa.
Namun jika tidak dimaksimalkan ini menjadi: bencana demografis ”yang melumpuhkan bangsa. Seperti tekad yang pernah diikrarkan Bung Hatta: ”Di atas segala lapangan  Tanah Air aku hidup, aku gembira. Dan di mana kakiku menginjak bumi Indonesia, disanalah tumbuh bibit cita-cita yang tersimpan dalam dadaku.”Sekarang giliran sejarah memanggilakan sumpah tekad generasi muda hari ini, untuk sama-sama menjadi kau minoritas kreatif  yang mampu membuka ruang harapan, bukanlah membuka ruang untuk terus mendiamkan dan meratapi betapa persoalan negeri ini. Peran pemuda dalam politik menjadi sebuah keniscayaan di kala negeri ini di kelolaoleh manusia yang tamak dan serakah akan kekuasaan.
Teringat sebuah nasehat dari Imam Syahid Hasan Albana, ““Siapkanlah dirimu untuk menggantikan angkatan tua, mereka akan pulang tak lama lagi. Janganlah engkau menjadi pemuda kecapi suling, yang bersenandung meratapi tepian yang sudah runtuh, mengenangkan masa silam yang telah pergi jauh. Janganlah engkau membuat kekeliruan lagi seperti pernah dilakukan oleh angkatan yang engkau gantikan.Teruskan perjalanan ini dengan tenaga dan kakimu sendiri,” (HASAN AL BANNA).


APRI SUPRIYANTO
(KADEP KASRAT KAMMI IKIP PGRI Semarang)