Aku
berjalan selangkah demi selangkah menuju kursi itu. Panasnya terik mataharipun
tak terasa mulai menusuk kulitku. Aku termenung, dan hanya bisa menghela nafas
kekecewaan, “Hemh, seandainya. ., waktu dapat terulang kembali, aku pasti tidak
akan menyesal seperti ini.” Tiba tiba
saja ada yang menepuk bahu sebelah kiriku, “Kamu lagi ngapain disini Citra?”,
“Ngelamunin aku yha?, hayo ngaku aja deh, pasti ngelamunin aku, iyha kan Cit?”,
Revi mengejek.
“Apaan
sih, ga kok lagi galau aja mikirin kamu” sahut Citra.
Tak
terasa waktu berlalu begitu cepatnya, sekeping hati terasa dibawa lari menuju
masjid seberang rumahnya. Wajahnya memerah, dan matanya terlihat membengkak,
akibat derasnya air mata yang membasahi pipinya seusai sholat dhuha. Citrapun
bergegas menghapus air matanya, setelah terlihat bayangan seorang gadis
mendekatinya.
“mba
ini kenapa, kok nangis?” tanya Vina begitu keheranan. Seketika Citra memeluk gadis
itu erat erat, tanpa pikir panjang dan rasa takut. Vina lekas lekas menyambut
pelukan gadis yang belum dikenalnya itu. Setengah jam lamanya Citra menangis,
dia pun tersadar dan melepas pelukannya perlahan.