Dari Gerakan ke Negara
(
M Anis Matta)
Sebuah rekontruksi negara Madinah
yang dibangun dari bahan dasar sebuah gerakan.
Sebuah
episode baru dalam sejarah dimulai, sebuah gerakan telah berkembang menjadi
sebuah negara dan sebuah negara telah bergerak menuju peradabannya,sebuah agama
telah menemukan “orang-orangnya”, setelah itu mereka akan menancapkan “bangunan
peradaban” mereka. Tanah, dalam agama ini, adalah persoalan kedua. Tanah hanya
akan menjadi penting ketika komunitas “manusia baru” telah terbentuk dan
membutuhkan wilayah territorial untuk bergerak secara kolektif, legal, dan di
akui sebagai entitas sebuah politik. Hijrah dalam sejarah da’wah Rasulullah
saw., adalah sebuah metamorfosis dari “gerakan” menjadi negara. Dengan hijrah,
gerakan itu “menegara” dan madinah menjadi wilayahnya. Allah SWT menurunkan
perangkat sistem yang dibutuhkan maka turunlah ayat-ayat hukum dan berbagai
kode etik sosial, ekonomi, politik dan keamanan lainnya. Dan lengkaplai susunan
kandungan sebuah negara: manusia,tanah dan sistem..
Sebuah
negara yang baru dibangun memang membutuhkan : membangun infrastruktur negara,
menciptakan kohesi sosial,nota kesepakatan serta merancang sistem pertahanan
negara. Perangkat utama yang diperlukan untuk menegakkan negara: sistem,
manusia, tanah dan jaringan sosial.
Setelah
perang khandaq berakhir maka perubahan perjuangan kaum muslimin berubah menjadi
Ekspansi. Bergerak menuju perubahan perdaban dimana islam datang membuka
gerbang-gerbang peradaban dunia ( parsi dan
romawi). Inilah proses awal globalisasi islam.
Maka
tugas peradaban kita saat ini adalah pendekatan jarak itu. Jarak yang terbentang jauh antara peluang
islam menjadi ideologi dunia dengan kemampuan untuk merebut peluang tersebut.
Tiga langkah peradaban kita saat ini adalah pendekatan jarak itu ; jarak antara
islam dan manusia muslim, jarak antara
peluang peluang dengan kemampuan untuk
merebutnya. Manusia muslim harus dikontruksi ulang dalam 3 tahapan;
memperbaharui afiliasi kepada islam, mendistribusi (hakekat dakwah) serta
optimal dalam mendistribusi.
Sembilan aspek pendidikan bagi
muslim unggulan. Tak ada guru sehebat Nabi Muhammad saw
dan tak ada murid sehebat sahabat radhiallahu’anhum. Ummat ini tidak akan
menjadi baik kecuali dengan apa yang telah membuat baik generasi pertamanya
itu. Berbagai usaha dilakukan para ulama dari berbagai zaman untuk menggali dan
merumuskan manhaj Rasullulah, serta tahap-tahapnya mendidik muslim generasi
pertama menjadi manusia-manusia unggulan sepanjang masa. Diantara ulama agung
itu adalah ibnu qayyim al-jaujiziyah. 9 jenis tarbiyah yang digali ibnu qayyim;
Tarbiyah imaniyah (mendidik iman); tarbiyah ruhiyah, tarbiyah fikriyah,
tarbiyah athifiyah (mendidik perasaan); tarbiyah khuluqiyah ( mendidik akhlak);
tarbiyah ijtimaiyah 9 mendidik bermasyarakat); tarbiyah iradiyah ( mendidik
cita-cita); tarbiyah badaniyah ( pendidikan jasmani) serta tarbiyah jinsiyah
(pendidikan seks).
Peradaban
selalu bermula dari gagasan. Peradaban besar selalu lahir dari gagasan-gagasan
besar. Dan gagasan-gagasan besar selalu lahir dari akal-akal raksasa. Jumlah sahabat yang ditinggalkan
Rasulullah memang sedikit tetapi mereka semua membawa semangat dan kesadaran
sebagai pembangu peradaban dan membawa talenta sebagai arsitek peradaban.
Terdapat
4 mitos yang mempertanyakan syariat islam bahwa syariat tidak lagi
relevan,tidak manusiawi,masyarakat tanpa dosa seta politik historis. Terobosan
syariat; menunjukkan adanya political will yang jujur dan kuat,memenangkan
wacana publik dengan mengkomunikasikan islam kepada masyarakat, menggunakan
bahasa kenyataan.
Dalam
wacana pemikiran nasional, biasanya ada mitos yang mempertentangkan islam dan
nasionalisme. Nasionalisme meletakkan keberagaman atau pluralisme sebagai
konteks utama dimana kita berusaha menemukan ikatan dasar yang mengikat atau
menyatukan sebuah negara bangsa. Dan islam dalam konteks keberagaman itu,
adalah salah satu elemen.
Fenomena
disintegrasi juga dapat dipahami dari perubahan-perubahan mendasar yang terjadi
dalam teori negara. Apabila gejala disintegrasi berlanjut pada reruntuhan
sebuah negara, maka biasanya terjadi adalah hilangnya kepercayaan terhadap
kemampuan dan kapasitas sebuah negara model untuk mewadahi
kepentingan-kepentingan pragmatis masyarakat. Sekarang lingkungan strategis
kita berubah secara mendasar setelah era globalisasi,dimana salah satu
implikasinya adalah melemahnya fungsi teritorial dalam konsep negara bangsa.
Jamaah
adalah alat yang diberikan islam bagi umatnya untuk menghimpun segenap umat
islam. Jamaah juga cara paling tepat untuk menyederhanakan perbedaan-perbedaan
pada individu. Kebutuhan setiap individu untuk bekerja atau beramal islami
didalam dan melalui jamaah, bukan lahir dari kebutuhan untuk efektivitas,
efisiensi dan produktivitasnya tapi juga lahir dari kebutuhan untuk bekerja dan
beramal islami pada level yang setara dengan tantangan zaman kita. Jauh lebih
realistis untuk mencari jama’ah yang efektif ketimbang mencari jamaah yang
ideal. Jamaah yang efektif bisa dikatakan bila; ikatan akidah bukan
kepentingan; jamaah itu sarana bukan tujuan; sistem bukan tokoh; penumbuhan
bukan pemanfaatan;mengelola perbedaan bukan mematikannya.
Tabiat-tabiat
ijtihad dakwah menjaga keseimbangan antara fiqih wahyu dan fiqih realitas.
Ijtihad adalah upaya memaksimalkan yang kita lakukan untuk menemukan kebenaran
dalam suatu hukum atau sikap. Da’wah adalah upaya-upaya maksimal yang kita
lakukan untuk memberlakukan teks-teks wahyu dalam ruan dan waktu manusia.
Ijtihad dakwah adalah upaya-upaya maksimal yang kita lalukan untuk menemukan
kebenaran hukum atau sikap dalam proses penerapan teks-teks wahyu dalam
kerangka ruang dan waktu manusia. Yang ingin kita capai dalam ijtihad da’wah
adalah mempertemukan kebenaran(substansi hukum dan sikapnya) dan
ketepatan(konteks waktu dan ruangnya).
Bukti
gagalnya sekularisasi yaitu munculnya ikhwanul muslimin 1928, gerakan
islamisasi kampus, suksesnya kudeta putih di sudan 1987, jihad afghanistan
selama 14tahun dengan runruhnya uni soviet 1991, proses demokratisasi.
Dalam
sejarah pergerakan islam, ada sebuah fakta berulang bahwa sebagian besar
musibah yang menimpa da’wah dan harakah selalu datang dari dalam harakah itu
sendiri.
Syarat-syarat
kesiapan menuju penerapan syariat islam yang paripurna yaitu adanya komitmen
dan kekuatan aqidah; supremasi pemikiran islam; sebaran kultural yang luas;
ketrampilan akademis; kompetensi eksekusi;kemandirian material; kapasitas
pertahanan yang tangguh; koneksi internasional; tuntutan politik.
Aspek-aspek
ketahanan harakah: ketahanan aqidah, fikrah dan manhaj; ketahanan struktural;
ketahanan sosial; ketahanan keamanan serta kekuatan logistik.
Kalau
kita menyusun lapisan-lapisan kepentingan kita dalam konteks pemilihan pemimpin
nasional saat ini kira-kira seperti ini: kepentingan tertinggi kita tentu
kepentingan bangsa selanjutnya kepentingan umat islam; kepentingan periodik
da’wah.
Masalah di ujung abad.
Ketika Rasulullah menyatakan sebuat ketepatan sejarah, bahwa di ujung setiap
putaran seratus tahun Allah SWT akan membangkitkan seorang pembaharu yang akan
mempebaharui kehidupan keagamaan umat ini. Ketepatan itu menjadikan masa satu
abad sebagai sebuah besaran waktu yang memungkinkan terjadinya
pengulangan-pengulangan masalah,rotasi pola persoalan-persoalan hidup.
Ketetapan itu juga menyatakan fluktuasi dalam sejarah manusia, masa pasang dan
masa surut, masa naik dan masa turun. Dan titik terendah dari masa penurunan
itulah Allah akan membangkitkan seorang pembaharu yang menjadi lokomatif
reformasi dalam kehidupan masyarakat. (SH)
0 komentar:
Posting Komentar