“ Dek, kok gak pernah muncul di agenda
KAMMI?”
“gak mba...belum siap”
“loh belum siap apanya?”
“jilbab besarnya mba...”
“gak mba...belum siap”
“loh belum siap apanya?”
“jilbab besarnya mba...”
Percakapan diatas hanya
contoh ketika adik-adik akhwat menyatakan mundur dari KAMMI karena alasan yang
sederhana buat kita tapi besar buat mereka. Tentang perkara yang sudah jelas di
Al-Qur’an yang sedikit dipahami oleh para muslimah.
Wajar saja adik-adik
melontarkan pernyataan seperti itu, mungkinkah mereka takut? KAMMI terkenal
dengan mba-mba yang berjilbab besar, anti pacaran ( sebelum nikah), syuro ada hijabnya
dan masih banyak lagi. Inilah tantangan terberat mencoba menjelaskan tanpa
menutupi syariat yang diterapkan. Penggiringan opini dan penguatan pada para
kader baru merupakan salah satu upaya perkenalan organisasi dakwah.
Adakah yang salah dalam
pendekatan ke adik-adiknya? Tergantung pembawaan individu memperkenalkan diri
sebagai akhwat berjilbab besar. Sehingga respon bisa kita rasakan mereka
semakin dekat atau malah semakin menjauh.
Meskipun tantangan ini
bukan hal yang baru, tapi zaman yang semakin modern maka membuat tantangan ini
semakin berat. Budaya-budaya luar yang makin merusak aqidah seseorang. Sebagai
akhwat inilah tugas kita, menjelaskan jilbab sesuai ketentuan kepada kader
baru tanpa mereka merasa takut bergabung di organisasi dakwah terutama KAMMI. SH
0 komentar:
Posting Komentar