Rabu, 06 Maret 2013

Menggagas KAMMI 2013: Mahasiswa Tak Sekadar Turun ke Jalan

Masih relevankah gerakan mahasiswa setelah reformasi menapaki usianya yang ke 15?
Memasuki 2013, pertanyaan tersebut semakin penting untuk dijawab dan direfleksi bersama oleh para aktivis mahasiswa. Selama lima tahun terakhir, ada satu catatan besar yang perlu dievaluasi dari gerakan mahasiswa saat ini: tidak adanya wacana besar yang mengikat dan mempersatukan perjuangan gerakan mahasiswa.

Harus diakui, setelah Suharto jatuh  pada tahun 1998, gerakan mahasiswa seperti kehilangan ‘lawan’. Banyak gerakan yang mencoba beragam pilihan gerak, dari mulai gerakan sosial, gerakan politik, gerakan massa, hingga gerakan intelektual yang lebih kreatif.  Pilihan gerakan itu, apapun bentuknya, sah-sah saja. Tetapi, ada satu hal yang terlupakan: pembentukan wacana. Apapun bentuknya, selama berada dalam satu wacana besar, akan memberi nafas yang lebih panjang dan gerak yang lebih teratur bagi gerakan mahasiswa.
Mari kita ingat-ingat kembali tiga ciri gerakan mahasiswa adalah membangun gerakan intelektual dengan membiasakan tiga budaya (tradition), Membaca, Diskusi, dan Menulis. Nah jika gerakan mahasiswa sudah jauh dari gerakan intelektual ini maka, apa lagi yang akan dibanggakan menajdi seorang mahasiswa. Membaca kita jarang, menulis kita malas dan diskusi kita tidak pernah.. apakah layak dikatakan mahasiswa?
Dalam konteks kekinian melihat gerakan mahasiswa semakin mengalami kekerdilan. Sungguhnya menyedihkan kampus hanya seperti menara gading saja. Hari ini kampus telah mati dari jiwa-jiwa gerakan. Mau tidak mau memang itu lah kondisinya. Kampus tak lagi menjadi indah,, yang dahulunya pernah melahirkan orang-orang yang berpikir besar..dan kritis terhadap permasalahan-permasalahan masyarakat.
Cerita di Chile dan Montreal bisa jadi renungan. Di dua negara ini, aktivis mahasiswa mampu menjadikan isu anti-komersialisasi pendidikan sebagai arena pertarungan wacana melawan rezim neoliberal. Dari sekadar menolak kenaikan uang kuliah yang diikuti dengan demonstrasi ratusan ribu massa mahasiswa, isu bergulir menjadi perdebatan soal rezim politik. Sehingga, perjuangan mahasiswa tidak lagi sekadar ‘turun ke jalan’ rasionalisasi tuntutannya secara jelas. Sudah saatnya gerakan mahasiswa merumuskan tuntutan dan wacananya sendiri. Mungkin, dengan cara itu, kita akan lebih optimis untuk menjawab bahwa gerakan mahasiswa masih relevan di tahun 2013.
Berangkat dari hal inilah, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat IKIP PGRI SEMARANG  mengajak teman-teman mahasiswa : “Gerakan KAMMI Menulis: menulis untuk membangun negeri. One day one article for Indonesia’s bright future”.(Kusaeri S.Pd)
Dikutib dari berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar