Love adalah bahasa inggris dari cinta.
Rasa cinta dimiliki oleh semua orang. Itu adalah sebuah fitrah manusia.
Namun,apakah kita tahu dan mampu untuk mengetahui apa itu cinta? Love dalam
bahasa Arab disebut Al-Mahabah yang memiliki arti kasih sayang. Love menurut
Abdullah Nashih Ulwan yaitu perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong
seseorang mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut dan kasih sayang.
Rasa kagum/ simpatik, berharap, rela dan selalu teringat dengan orang yang dicintainya
merupakan tanda-tanda dari cinta. Firman Allah : “Dan diantara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah...”(QS.2:165).
Love memiliki refleksi berupa tunduk
patuh, menurut, amar ma’ruf nahi mungkar ini merupakan mahabbatullah( love to Allah). Munculnya love dilandasankan dengan
sadar karena mengakui dan menerima anugerah dan nikmat yang luar biasa dari
Allah Yang Maha Pemberi. Adanya pemahaman tentang rasa kasih sayang Allah
selalu ada dalam setiap desah nafas kehidupan kita. Di tambah dengan
Ma’rifatullah( mengenal Allah), maka love to Allah akan muncul. Sehingga,
seorang mukmin teramat sangat mencintai Allah dan ingin bertemu denganNya di
akhirat kelak. Love ada 3 jenis jika dilihat dari prioritas yaitu prioritas
tertinggi, menengah dan terendah. Penjabaran dari love tertinggi yaitu meliputi
love to Allah, Rasulullah dan berjihad di jalanNya. Seorang mukmin yang telah
merasakan kelezatan iman di dalam hatinya akan mencurahkan segala cintanya
kepada Allah tanpa ada keraguan didalam hatinya. Ini sudah menjadi keharusan
dalam Islam dan konsekuensi. Telah meyakini Dialah Allah yang Maha Perkasa,
Maha Bijaksana, Maha Sempurna, Maha Lembut. Dari itu, lahirlah sebuah kesadaran
bahwa ajaran Allah-lah yang harus diikuti.
Dan berusaha sekuat tenaga untuk dapat mengaktualisasikan ajaran-ajaran
Allah dengan suka hati, penuh keimanan dan keyakinan. Rasa love seorang hamba
yang beriman kepada Allah akan mengambil bentuk awal dari Mahabbaturrasul (rasa
cinta kepada Rasulullah SAW ) yang berwujud dengan sami’na wa atha’na (kami
dengar dan kami taat) terhadap perintah rasul, tawadhu, mendahulukan,
melindungi dan kasih sayang kepada beliau. Mahabbaturrasul tidak hanya salam
dan shalawat kepada Nabi tapi juga menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri
tauladan dalam hidupnya. Serta
membentengi Rasulullah dari mara bahaya dalam banyak peperangan dan tampil
dalam membela Islam. Keikhlasan dan ketulusan syar’i serta rasa love yang Allah
tumbuhkan, yang tak dapat ditumbuhkan oleh manusia meski seluruh kekayaan yang
dimiliki dijual itulah mahabbaturrasul. Rasa Love yang melebihi rasa love kepada bapak,ibu,anak,saudara,
istri, kaum keluarga, harta, perniagaan, rumah-rumah yang disukai. Bahkan rasa
love yang melebihi rasa love terhadap diri sendiri. Rasalullah SAW bersabda
:”Hendaklah kalian mencintai Allah
karena Dia memelihara kalian dengan nikmat-nikmatNya. Dan cintailah aku demi
cintamu kepada Allah. Dan cintailah ahli rumahku demi cintamu
kepadaku.”(HR.At-Tirmidzi, Al-Hakim dari Ibnu Abbas).”
Abu Bakar Ash Shidiq ra telah terwarnai hatinya dengan
mahabbaturrasul. Ini terbukti dengan peristiwa Hijrah yang membuatnya mendahulukan,
melindungi dan tak membangunkan Rasulullah yang tertidur dipangkuannya,
walaupun harus menahan sakit kakinya yang tersengat kalajengking hingga
mengeluarkan darah. Para sahabat telah membuktikan ketinggian love mereka
kepada Allah, Rasulullah dan Jihad Fi Sabilillah. Sahabat bernama Hanzolah bin
Amir ra. yang terjun ke medan perang Uhud meninggalkan istri yang baru sehari
sebelumnya dinikahi, dan akhirnya syahid. Ketika itu Rasulullah SAW melihat dan
berkata kepada para sahabat: ”Sesunnguhnya aku telah melihat para malaikat
memandikan Hanzolah di tengah-tengah langit dan bumi dengan air hujan dalam
sebuah bejana dari perak.”(HR.Tirmidzi
dan Imam Ahmad).
Love prioritas menengah adalah love to parents,
anak, sauda, istri/suami dan kerabat. Love terikat hubungan dengan orang yang dicintainya dengan
aqidah, keluarga, kekerabatan atau persahabatan. Rasulullah SAW bersabda :”
Tidaklah sempurna Iman seseorang diantara kalian hingga ia mencintai
saudaranya(sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”(HR.Bukhari
dan Muslim).
Love prioritas terendah ialah love yang lebih
mengutamakan dan menomorsatukan love keluarga, kerabat, harta dan tempat
tinggal dibandingkan terhadap Allah, Rasulullah dan jihad fisabilillah. Ini
jenis love yang paling hina, keji dan merusak rasa kemanusiaan. Termasuk love
kepada sesuatu yang disembah selain Allah, sebagaimana firman Allah dalam
QS.2:165, cinta kepada musuh Allah, sebagaimana Allah peringatkan dalam
QS.Al-Mumtahanah(60):1, cinta berdasarkan hawa nafsu sebagaimana cintanya
Zulaikha Istri Al Azis kepada Nabi Yusuf as.
Para pemuda Islam selaku generasi penerus bangsa
kapan pun dan dimana pun tanpa ada keraguan untuk lebih mengutamakan love to
Allah, Rasulullah dan Islam maka Allah akan memberikan kemenangan bagi mereka
di muka bumi.
Marilah kita manajemen love di hati kita agar
sesuai dengan kehendak Allah mencapai love prioritas tertinggi.
Wallahu’alam Bi Showab ( Anisatul L, PPB 2010)
Sumber : Abdullah Nashih Ulwan, Manajemen Cinta Al
Ummah, Panduan Aktivis Harokah
0 komentar:
Posting Komentar