kau gendong aku memutari sudut desa tanpa tepi
rasanya baru kemarin, kau timang aku disegala waktu
tanpa henti
ciuman kasih sayang yang slalu mmberkas di kedua pipi dan dahi
kemudian dilanjut dengan sesuap nasi,
rasanya baru kemarin,
engkau mengantarkanku ke pintu gerbang sekolah, bahkan sampai masuk kelas memilihkan tempat duduk terdepan untukku,
dengan harapan agar aku menjadi yang terdepan
kemudian, tibalah masaku
dalam keadaan gamang, namun sok jagoan
dalam cengkraman teman baru, petualangan hidup yang menggoda
namun tetap dalam pengawasanmu
hingga, kau tak lupa tuk mendo'akanku, slalu
walaupun ku sering tak mendengarkanmu, meninggalkanmu, slalu
kini, tiba saatnya
kau tak dapat mengantarkanku lagi dengan kedua kakimu
usia yang bertambah memaksa tanganmu harus bersandar pada sebatang tongkat
sadar ataupun tidak, aku lah yang akan jadi penopang
perwajahan, pembuktian, apa yang tlah ngkau berikan padaku
nanti
akankah
membahagiakan,
atau,
mengecewakan.
ciuman kasih sayang yang slalu mmberkas di kedua pipi dan dahi
kemudian dilanjut dengan sesuap nasi,
rasanya baru kemarin,
engkau mengantarkanku ke pintu gerbang sekolah, bahkan sampai masuk kelas memilihkan tempat duduk terdepan untukku,
dengan harapan agar aku menjadi yang terdepan
kemudian, tibalah masaku
dalam keadaan gamang, namun sok jagoan
dalam cengkraman teman baru, petualangan hidup yang menggoda
namun tetap dalam pengawasanmu
hingga, kau tak lupa tuk mendo'akanku, slalu
walaupun ku sering tak mendengarkanmu, meninggalkanmu, slalu
kini, tiba saatnya
kau tak dapat mengantarkanku lagi dengan kedua kakimu
usia yang bertambah memaksa tanganmu harus bersandar pada sebatang tongkat
sadar ataupun tidak, aku lah yang akan jadi penopang
perwajahan, pembuktian, apa yang tlah ngkau berikan padaku
nanti
akankah
membahagiakan,
atau,
mengecewakan.
0 komentar:
Posting Komentar