Selasa, 04 Februari 2014

KITA SEMUA ADALAH . . .


Bukan Hanya Kau dan Aku, tapi Mereka Adalah Kita Semua
Aku melihat penampakan sang rembulan dalam gelap malam yang sinarnya redup memancar ke bumi, adakah kau merasakan senja sebelum ia datang? Atau tanpa kata dan rasa semuanya berlalu begitu saja? Kau tak berpikir kenapa senja itu terjadi, lalu malam mengganti perannya secara bergilir disusul pagi dan siang, yang tak jarang dan terkadang terik sinarnya menyengat kulit yang halus dan mulus.
            Beberapa saat kemudian datanglah seorang pemuda dengan segenggam botol ditangannya sambil berjalan sempoyongan tanpa arah dan tujuan yang jelas, entah siapa yang salah kenapa ia bisa seperti itu dalam hidupnya. Sadar atau tidak, adakah kita sudah memberikan sesuatu untuknya? Hal ini bukanlah yang tidak mendapatkan perhatian, tetapi malah sebaliknya, lebih. Karena bagaimanapun juga setiap insan mempunyai hati, perasaan emosi, dan berbagai macam rahmat lainnya dari Allah SWT.
            Tak seperti bintang dilangit dan tak seindah warna-warni pelangi, manusia adalah makhluk yang diciptakan sempurna namun tak dapat menyepurnakan kesempurnaan yang ada. Singkat kata, tak ada manusia yang sempurna di dunia ini karena tidak akan pernah luput dari salah dan dosa, kecuali yang telah Allah kehendaki. Lihatlah telapak tanganmu, apa yang telah kau genggam? Kemudian kepada siapa kau akan dan atau telah memberi?
            Bersyukur terhadap apa yang ada, tidak menuntut sebelum memberi. Kadang, tidak, bahkan sering, mungkin juga selalu, aku lupa kepada mereka yang telah berjasa dalam kehidupanku. Kelalaian mereka yang sama sekali tak ku hiraukan, bukan karena tak mau, tapi karena salahnya tafsir rasa kasih sayang dan cinta sesama.Hati yang hilang karena tidak adanya ketenangan pada diri, padanya, pada mereka, kita semua.
            Menghakimi suatu perkara bukanlah pekerjaan sembarangan, apalagi yang memegang palunya adalah orang tak berpengetahuan, yang ada hanya kesesatan. Celaka, bukan begitu seharusnya, tetapi sinar kuning logam membutakan hati manusia yang berada dalam hati mereka yang semakin menyempit dan menghimpit satu dan semua, bencana! Tak tahan, hanya dapat menengadahkan tangan ditambah tetesan air mata dari alirannya.
Ingin diterima dan menerima seperti apa adanya, aku, kau, dia dan mereka. Kita adalah saudara. Kita semua sama, berbeda ataupun tidak. Aku, kau, dia, mereka, kita semua adalah. .

(Aldin Ramadani. Kakom 2013)

0 komentar:

Posting Komentar