Bukan
Hanya Kau dan Aku, tapi Mereka Adalah Kita Semua
Aku
melihat penampakan sang rembulan dalam gelap malam yang sinarnya redup memancar
ke bumi, adakah kau merasakan senja sebelum ia datang? Atau tanpa kata dan rasa
semuanya berlalu begitu saja? Kau tak berpikir kenapa senja itu terjadi, lalu
malam mengganti perannya secara bergilir disusul pagi dan siang, yang tak
jarang dan terkadang terik sinarnya menyengat kulit yang halus dan mulus.
Beberapa saat kemudian datanglah
seorang pemuda dengan segenggam botol ditangannya sambil berjalan sempoyongan
tanpa arah dan tujuan yang jelas, entah siapa yang salah kenapa ia bisa seperti
itu dalam hidupnya. Sadar atau tidak, adakah kita sudah memberikan sesuatu
untuknya? Hal ini bukanlah yang tidak mendapatkan perhatian, tetapi malah
sebaliknya, lebih. Karena bagaimanapun juga setiap insan mempunyai hati, perasaan
emosi, dan berbagai macam rahmat lainnya dari Allah SWT.
Tak seperti bintang dilangit dan tak
seindah warna-warni pelangi, manusia adalah makhluk yang diciptakan sempurna
namun tak dapat menyepurnakan kesempurnaan yang ada. Singkat kata, tak ada
manusia yang sempurna di dunia ini karena tidak akan pernah luput dari salah
dan dosa, kecuali yang telah Allah kehendaki. Lihatlah telapak tanganmu, apa
yang telah kau genggam? Kemudian kepada siapa kau akan dan atau telah memberi?
Bersyukur terhadap apa yang ada,
tidak menuntut sebelum memberi. Kadang, tidak, bahkan sering, mungkin juga
selalu, aku lupa kepada mereka yang telah berjasa dalam kehidupanku. Kelalaian
mereka yang sama sekali tak ku hiraukan, bukan karena tak mau, tapi karena salahnya
tafsir rasa kasih sayang dan cinta sesama.Hati yang hilang karena tidak adanya
ketenangan pada diri, padanya, pada mereka, kita semua.
Menghakimi suatu perkara bukanlah
pekerjaan sembarangan, apalagi yang memegang palunya adalah orang tak
berpengetahuan, yang ada hanya kesesatan. Celaka, bukan begitu seharusnya,
tetapi sinar kuning logam membutakan hati manusia yang berada dalam hati mereka
yang semakin menyempit dan menghimpit satu dan semua, bencana! Tak tahan, hanya
dapat menengadahkan tangan ditambah tetesan air mata dari alirannya.
Ingin diterima dan
menerima seperti apa adanya, aku, kau, dia dan mereka. Kita adalah saudara.
Kita semua sama, berbeda ataupun tidak. Aku, kau, dia, mereka, kita semua
adalah. .(Aldin Ramadani. Kakom 2013)
0 komentar:
Posting Komentar