Soekarno dalam setiap kali
berpidato selalu mengatakan “Gantungkan cita-citamu setinggi langit, hai pemuda indonesia”. Beliau sadar betul peran pemuda sangat penting menjadi garda untuk perubahan suatu bangsa. Dalam pandangan Soe Hok Gie (1959),
pemuda ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau, menjadi hakim atas mereka yang di tuduh koruptor, dan mewujudkan kemakmuran
Indonesia. Hal ini menjadi tugas pemuda Indonesia masa kini dan yang akan datang. Jauh kebelakang kita pasti kenal soekarno, sosok yang
terkenal dengan bapak proklamator. Bayangkan, umur pada usia 25 tahun Bung Karno telah melahirkan pikiran-pikiran visioner untuk menyintesiskan antara
”Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”, yang menjadi bantalan vital
bagi perumusan dasar negara. Mohhatta, Padausia 26 tahun, Bung Hatta telah memikirkan dasar-dasar
”Indonesia Merdeka”.Pikiran-piikiran cemerlang generasi muda pada dekade 1920-an ini menjadi kepeloporan politik kaum muda untuk merajut kecerdasan
yang berserak menjadi kekuatan progresif.
Pemudasaatini
Namun fakta menarik saat ini Beberapa sikap yang
tampak justru ketidak pekaan terhadap masalah-masalah nasional, 57,4 persen berorientasi pada materi/
kekayaan, dan hanya 20 persen dari pemuda yang menganggap kepentingan nasional sebagai salah satu agenda mereka. Total ada 63 persen pemuda Indonesia yang
hanya berorientasi pada kepentingan sendiri (Kompas, 18/11).Ironi yang membuat bangsa ini kian terombang ambing mencari
“nahkoda”, diperlukan sosok muda yang greget untuk melekakan kondisi bangsa saat ini.
Tampak jelas,
generasi mudat saat ini harus bias mengorganisasikan gagasan secara publik-politik. Seperti kata Yudi Latif Tanpa kesanggupan mengorganisasikan diri secara politik, kekuatan-kekuatan kreatif hari ini, betapapun besar jumlahnya, tak membuat
ide-ide mereka terungkap secara publik; tak mampu membangkitkan inspirasi kreatif bagi banyak orang; dan tak mendorong pengikatan bersama kekuatan-kekuatan progresif untuk bangkit bersama membentuk generasi perubahan. Tanpa keberadaan
agenda dan pengorganisasian bersama, sering kali hanya sekadar kekuatan reaktif yang
akan seger apa dan begitu daurisume mudar.
Manakala para
Pemangku kebijakan memainkan politik sebagai seni memerintah untuk menipu rakyat maka dari itu peran politik kaum muda saat ini merasa terpanggil kembali oleh sejarah dengan membangun kebersamaan pengalaman,
visi, dan panggilan kesejarahan lewat penciptaan ruang publik, wacana publik, dan aksi publik yang mempertautkan minoritas kreatif yang berserak menjadi kolektivitas progresif generasi perubahan.
Perlu di ingat Struktur demografis
Indonesia membengkak pada penduduk berusia muda. Jika definisi pemuda mengikuti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan,
yakni mereka yang berusia 16 sampai 30 tahun, maka jumlahnya pada saat ini menurut SUPAS
2005 sekitar 62,24 juta, atau setara dengan 25 persen dari total penduduk Indonesia. Artinya jika di kelola dengan baik maka “bonus demograf ini menjadi kekuatan yang
menjanjikan kejayaan bangsa.
Namun jika tidak dimaksimalkan ini menjadi: bencana demografis ”yang
melumpuhkan bangsa. Seperti tekad yang pernah diikrarkan Bung Hatta:
”Di atas segala lapangan Tanah Air aku hidup, aku gembira. Dan
di mana kakiku menginjak bumi Indonesia, disanalah tumbuh bibit cita-cita yang tersimpan dalam dadaku.”Sekarang giliran sejarah memanggilakan sumpah tekad generasi muda hari ini, untuk sama-sama menjadi kau minoritas kreatif yang mampu membuka ruang harapan, bukanlah membuka ruang untuk terus mendiamkan dan meratapi betapa persoalan negeri ini. Peran pemuda dalam politik menjadi sebuah keniscayaan di kala negeri ini di
kelolaoleh manusia yang tamak dan serakah akan kekuasaan.
Teringat sebuah nasehat dari Imam
Syahid Hasan Albana, ““Siapkanlah dirimu untuk menggantikan angkatan tua, mereka akan pulang tak lama lagi. Janganlah engkau menjadi pemuda kecapi suling, yang
bersenandung meratapi tepian yang sudah runtuh, mengenangkan masa silam yang telah pergi jauh. Janganlah engkau membuat kekeliruan lagi seperti pernah dilakukan oleh angkatan yang
engkau gantikan.Teruskan perjalanan ini dengan tenaga dan kakimu sendiri,”
(HASAN AL BANNA).
APRI
SUPRIYANTO
(KADEP
KASRAT KAMMI IKIP PGRI Semarang)
0 komentar:
Posting Komentar