Wahai Ikhwah yang
mencintai dakwah ini...
Sesungguhnya inti
kekuatan dakwah kita ada pada pembinaan atau tarbiyah. Tarbiyah dengan wadah
utamanya berupa halaqoh,usrah,liqo,pengajian kelompok atau apapun namanya,
telah menghasilkan kader-kader dakwah
yang tangguh (syakhsiyyah da’iyyah) selama ini. Kader-kader dakwah itulah yang
telah menyebarkan dakwah ke seantero tempat.
Pada hakikatnya
penyebaran dakwah adalah penyebaran tarbiyah. Tanpa tarbiyah, penyebaran dakwah
akan berlangsung temporer dan sporalis. Tidak dapat berlanggeng dan sistemik.
Hasan al-banna telah mewasiatkan kepada kita tentang pentingnya tarbiyah
sebagai inti kekuatan dakwah, “ Islam sangat menganjurkan agar para pemeluknya
membentuk kelompok-kelompok bernuansa kekeluargaan (usrah) agar bertujuan mengerahkan mereka untuk
mencapai tingkat keteladanan, mengokohkan persatuan, dan mengangkat konsep
pesaudaraan diantara mereka dari tataran kata-kata dan teori menuju kerja dan
operasional yang konkret. Oleh karenanya, bersungguh-sungguhlah engkau wahai
saudaraku menjadi bata-bata yang baik untuk Islam ini.
Di era terbukanya
berbagai peluang saat ini (terutama peluang politik dan kekuasaan) kita tidak
boleh menggeser prioritas tarbiyah sebagai inti kekuatan dakhwah kepada
prioritas politik. Tarbiyah harus tetap menjadi prioritas pertama dalam jadwal
kegiatan kita. Jangan gara-gara kesibukan kita dalam dakwah ammah atau dalam
dakwh profesi, kita mengesampingkan perhatian (ihtimam) kita terhadap tarbiyah.
Syeikh Musthafa Mansyur telah mengingatkan kepada kita, “ Jangan
sampaiperhatian kita kepada politik mengalahkan perhatian kita kepada tarbiyah”.
Hal itu karena tarbiyah
merupakan ruh energi kita. Darah dari gerakan kita. Tarbiyah adalah cahaya
diatas cahaya. Kekuatan diatas kekuatan. Sekali saja kita menggeser tarbiyah
menjadi kegiatan sekunder, maka saat itu juga dakwah kehilangan kekuatannya.
Ini adalah prinsip. Ini adalah bukti tak terbantahkan dalam sejarah panjang
berbagai gerakan islam diseluruh dunia. Ini adalah wasiat guru-guru kita,
pemikir ( mufakir ) dakwah, seperti Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna, Hasan
Al-Hudaibi, Umar Tilmitsani, Musthafa
Masyur, Abdullah Nashih Ulwan, Fathi Yakan, Sheikh Ahmad Yasin, Abdullah
Azzam, Yusuf Al-Qardhawi dan lain-.lain
Cukuplah disini apa
yang dikatakan Dr. Ali abdul Halim Mahmud tentang kedudukan tarbiyah setelah
berdiri Daulah Islamiyah , “ misalnya saja pemerintahan Islam telah tegak dan
dapat menguasai sistem pengajaran dan media informasi. Namun ingatlah bahwa
keduanya tidak akan mampu mentarbiyah anggotanya. Tarbiyah yang integral, yang
menanankan dalam jiwa sifat keutamaan, kesungguhan dan kepekaan terhadap
tanggung jawab memang berhubungan erat dengan proses pengajaran dan media
informasi. Akan tetapi, hanya halaqah / usrah beserta sistemnya yang dapat
mentarbiyah anggota dengan tarbiyah islamiyah sesuai dengan harapan. “ setelah
berdiri pemerintahan islam saja kita tidak boleh mengesampingkan tarbiyah,
terlebih lagi jika kita baru memperoleh kemenangan sedikit dari perjuangan
panjang menegakkan Daulah dan Khilafah Islamiyah.
Ketahuilah bahwa
sesungguhnya mutu gerakan islam sejajar dengan mutu tarbiyah yang dilakukanya.
Ketika mutu tarbiyah rendah, maka rendah pulalah kualitas gerakan islam
tersebut. Ketika mutu tarbiyah tinggi, maka tinggi pulalah kualitas gerakan
Islam tersebut. Syeikh Musthafa Masyhur
menasihatkan kepada kita, “ berbagai peristiwa dan perjalanan tarbiyah menjadi
penentu bagi kadar kemurnian,kesinambungan dan perkembangan harakah. Ia juga
menjadi ukuran bagi sejauh mana keterpaduan diantara anggota-anggotanya,
persatuan shafnya, kerja samanya, kinerjanya serta produktivitas dan
efektivitas potensi yang dicurahkan, harta yang di infakkan dan waktu yang
dihabiskan. Sebaliknya bila aspek tarbiyah ditelantarkan atau kurang mendapat perhatian, maka akan nampak
kelemahan dan keguncangan dalam barisan, muncul benih-benih permusuhan dan
perpecahan, kinerja semakin melemah dan produktivitas semakin menurun.”
Karena itu, wahai
ikhwah...
0 komentar:
Posting Komentar